“Ujilah apa
yang berkenan kepada Tuhan”
”
Efesus 5:10 “
Pendahuluan
Meneliti merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi, sekaligus menggumuli secara sistematis. Meneliti memang
bukan perkara baru. Di kalangan Gereja, justru sudah cukup banyak
dibicarakan kegiatan meneliti di lapangan. Dalam konteks demikian, apa artinya
membekali diri dengan penelitian demi pengembangan Jemaat. Di dalam AP HKBP
2002, Badan Penelitian dan Pengembangan HKBP pada pasal 21, dikatakan:”Pengertian”Badan
Penelitian dan Pengembangan HKBP adalah organ yang mengadakan berbagai
penelitian tentang kehidupan gereja dan masyarakat untuk mengembangkan dan
memantapkan pelayanan gereja”.
Tugasnya:
- Mengadakan penelitian –penelitian tentang kehidupan gereja umumnya, HKBP khususnya.
- Mencermati dan mengevaluasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial, budaya yang berdampak ke kehidupan gereja.
- Menyusun strategi mengembangkan kehidupan dan pelayanan HKBP khususnya, dan gereja umumnya berdasarkan hasil-hasil penelitian itu.
- Bekerja sama dengan komisi Teologi dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan ajaran dan teologi.
- Memberikan laporan dan saran kepada Pimpinan HKBP untuk membantu organ-organ pelayananan yang ada di HKBP.
- Saling membantu dalam pelayanan dengan Sekolah Tinggi HKBP, Universitas HKBP Nommensen, dan lembaga lain yang dianggap perlu.
- Membuat evaluasi dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pimpinan HKBP paling sedikit stahun sekali.[1]
Salah satu tugas Ephorus
HKBP adalah ‘mempersiapkan dan menyususn Rencana Induk Pengembangan
Pelayanan HKBP yang akan disampaikan kepada Sinode Agung untuk
ditetapkan-Menyusun Rencana Strategis HKBP untuk disampaikan ke Sinode Agung,
dan Rencana tahunan dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja yang akan
disampaikan kepada Majelis Pekerja Sinode untuk ditetapkan.[2]
Demikian juga tugas seorang
Praeses adalah’Mengawasi dan menerima laporan dari Yayasan tentang
pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan HKBP yang ada di distrik itu-Memberikan laporan
dan saran kepada Ephorus tentang kemampuan dan perpindahan pelayan-pelayan
tahbisan penuh waktu yang ada di istrik itu-Membuat evaluasi dan menyampaikan
laporan pertanggungjawaban secara berkala kepada Ephorus HKBP dan laporan
pekerjaan ke majelis pekerja sinode distrik, serta laporan tahunan ke sinode
distrik.[3]
Demikian juga Pimpinan
Jemaat mempunyai tugas:’-Memimpin jemaat setempat, merencenakan dan
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pelayanan sesuai dengan tri-tugas panggilan
gereja-mengawasi, membimbing, dan meningkatkan mutu pelayanan di bidang
penatalayanan dan administrasi jemaat-menerima laporan pertanggungjawaban
setiap dewan-menyampaikan laporan, statistic, dan keuangan jemaat ke pendeta
resort, dan rapat jemaat.”[4]
Jadi di kalangan gereja
dalam tugasnya sehari-hari sudah melakukan penelitian lapangan dan cukup banyak
dibicarakan.(“Barita jujur taon/Berich) Oleh karena itu setiap pelayan HKBP
baik di tingkat jemaat, resort, distrik maupun pun pusat sudah melakukan
penelitian ini. Dalam konteks demikian kita perlu membekali diri dengan
penelitian demi pengembangan Jemaat.
Situasi
Memprihatinkan
Setiap saat siaran radio dan
televise terdengar di kota dan desa. Sering berita itu mengandung tata nilai
lain dari tata nilai keluarga-keluarga dan masyarakat setempat. Kini setipa
desa punya barisan bekas siswa sekolah lanjutan dan drop-out perguruan tinggi.
Banyak tempat sudah punya penduduk yang pernah merantau ke wilayah jauh. Sering
ditemukan orang yang pernah menjadi anggota anggota polisi atau angkatan
bersenjata dan sekarang kembali ke tempat asal dengan istrinya yang boleh
menganut agama lain. Sulit kita menemukan keluarga yang belum mengalami
ketegangan anatar generasi orang tua dan generasi anak muda. Kita benar-benar
sudah ‘mengalami kehidupan masyarakat majemuk’.Namun, selain lalu lintas
manusia yang semakin ramai, arus pengembangan sosio-ekonomi pun mengalir
semakin deras.
Kita ditantang dengan
pluralism sosial. Budaya, ekonomi dan keagamaan. Tidak ada lagi daerah yang
dapat dijuluki terisolasikan. Oleh karena itu, orang beriman bertanya tentang
kehadiran Allah dalam kehidupannya, dalam arus pengembangan sosial, dalam
pergeseran nilai dan pergolakan-pergolakan masyarakat yang dibawa. Kenapa kita
di beberapa tempat di Indonesia ini sering terjadi konflik antar-umat beragama,
terutama antara Krsiten dan Islam, di dalam mendirikan gedung gereja? Apakah
memang hubungan di antara para penganut kedua agama ini selalu ditandai oleh
konflik? Kalau terjadi konflik bermuatan agama. Ataupun sebaliknya hubungan
akrap di antara keduanya, faktor-faktor apa saja yang berperan? Kalaupun
konflik sudah terjadi, apakah ada atau tidak jalan untuk mengatasinya, yang
dicontohkan atau diwariskan oleh sejarah?[5]
Dewasa ini, manusia semakin
sadar bahwa bumi tidak lagi merupakan tempat tinggal yang nyaman, karena telah
mengalami banyak kehancuran. Ini semua karena ulah manusia sendiri, yang secara
tidak terkendali mengeksplotasi bumi, bahkan atas nama pembangunan ekonomi.
Pratik-praktik ekonomi dengan bentuk-bentuk perbudakan di bawah kapitalisme,
yang telah merasuki berbagai kehidupan manusia, dirasakan telah
menjungkirbalikkan nilai-nilai kemanusiaan dan dianggap biang keladi perusakan
ekologi. Sikap apakah yang perlu diambil oleh Gereja? Mampukah Gereja
menjalankan fungsi profetisnya dalam menghadapi situasi nyata yang mendesak
ini?[6]
Dalam situasi seperti
dijelaskan itu, tugas-tugas rutin, seperti pelayanan ibadat, penyegaran iman
dan kegembalaan tidak alagi mencukupi kebutuhan yang dirasakan orang
beriman. Cara kerja lama di tengah jemaat, cara kerja tradusional, perlu
ditinjau kembali untuk menjawab keprihatinan baru ini dalam terang iman secara
tepat sasar. Perubahan sosial yang semakin gesit dan pergeseran nilai yang
semakin gancang menuntut pelayanan dilapangan yang semakin professional.
Dengan demikian, karya pengembangan Jemaat terpaksa menempuh jalan baru, jalan
yang lebih professional, yang terbuka kepada ilmu-ilmu kemasyarakatan.[7]
Dalam kontekas perubahan
sosial inilah, tak dapat disangkal dalam karya pengembangan gereja, ilmu-ilmu
sosial perlu diangkat menjadi salah satu mitra yang peranannya ikut menentukan
sukses gagalnya upaya kerasulan umat Allah. Oleh karena itu, pengembang Jemaat
perlu menelaah unsur-unsur tertentu dari ilmu-ilmu sosial,antara lain
metode-metode penelitian sosio-budaya.Analisis sosial adalah suatu upaya untuk
memperoleh gambaran yang lengkap dan mendasar mengenai situasi sosial dengan
menggali hubungan-hubungan historis dan strukturalnya.
Tujuan penerapan penelitian
sosial adalah untuk kepentingan pengembangan gereja dan masyarakat agar
kebijaksanaaan gereja tepat sasar dan bersifat semakin professional. Melalui
penelitian diharapkan agar kebijaksanaan gereja di lapangan tidak lagi
berdasarkan intuisi atau prasangka belaka, melainkan pada situasi nyata yang
diolah dan dianalisis menurut pedoman-pedoman ilmiah.
Sipiral
Pelayanan Kaum Beriman:
Langkah
ke-1. Situasi yang dialami bersama-------analisis
cultural; analisis sosial; analisis personal (ilmu-ilmu terutama ilmu
sosial)….langkah
ke-2
rumusan keprihatinan……analisis iman
(exegese teologi)…langkah
ke-3 Rumusan atas sapaan
Allah……..perencanaan (ilmu-ilmu terutama ilmu management….langkah
ke-4
Rencana Pelayanan………pelaksananan
kegiatan (menagemen organisasi)……
Untuk mengetahui ‘situasi
yang dialami bersama’, perlu dibuat beberapa pertanyaan:
A.
- Apa yang saudara ketahui tentang situasi yang ada di sini sekarang? Apa yang sedang dialami jemaat?
- Perubahan-perubahan apa yang terjadi dalam 20 tahun terakhir ini? Manakah peristiwa-peristiwa yang paling penting?
- Apakah pengaruh uang terhadap situasi kita? Mengapa?
- Siapakah yang membuat keputusan-keputusan terpenting yang ada di dalam masyarakat sekarang ini?
- Manakah hubungan-hubungan terpenting yang ada di dalam masyarakat sekarang ini?
- Manakah tradisi-tradisi masyarakat yang paling penting? Mengapa?
- Apakah yang paling dikehendaki orang-orang dalam hidupnya? Mengapa?Apakah yang kan terjadi dalam 10 tahun tahun nanti, jika segalanya tetap berlangsung seperti sekarang ini? Mengapa?
- Manakah dua atau tiga unsur-unsur”akar” yang paling”bertanggung-jawab” terhadap situasi yang sedang terjadi dewasa ini?
- Demi kepentingan-kepentingan siapa unsur-unsur”akar” itu bekerja?
C. Apa yang
saudara pelajari dari semuanya itu?
- Analisis cultural: mau melihat aspirasi nilai-nilai yangberlaku, melihat kerangka acuan tindakan. Dengan demikian semakin dapat ditentukan potensi maupun hambatan-hambatan ke arah perubahan sosio-budaya yang positif.
- Analisis sosial : mau melihat golongan-golongan atau kelompok-kelompok sosial. Secara praktis ini berarti melihat struktur kekuasaan, siapakah yang menentukan dalam keseluruhan proses sosial. Siapakah yang mengambil untung dan siapakah yang dirugikan?
- Analisis personal : untuk melihat sejauh mana pribadi yang terlibat cukup terbuka terhadap situasi yang dialami bersama.
Setelah analisis personal, sosial dan cultural sebagai orang-orang beriman masih perlulah bertanya manakah jawaban kita terhadap sapaan Allah dalam situasi konkret sekarang ini. Momen analisis ini dapat kita sebut analisis iman.
Sesudah itu kemudian dibuat
perencanaan kegiatan pelayanan. Hasil penelitian ini bagaikan ‘terang’ yang memampukan
kita apa yang membawa sukacita dan apa yang membawa dukacita bagi Allah. Dengan
penelitian itulah kita menguji apa yang berkenan kepada Allah.(Efesus 5:10) dan
hasilnya adalah ‘terang’. Terang itu menghasilkan buah-buah yang baik, yaitu
kebajikan, keadilan dankebenaran.[8]Apabila
rencana itu dilaksanakan, maka kita masuk lagi ke situasi yang dialami bersama
dan selanjutnya momen-momen analisis berikutnya perlu dijalankan, sehingga
seluruh proses dapat digambarkan sebagai spiral pelayanan kaum beriman.[9]
Apa yang
kita lakukan paska Yubileum 150 tahun HKBP ?
Kita telah belajar dari sejarah HKBP yang telah 150
tahun, yaitu memeriksa apakah, bagaimanakah sampai di mana Gereja sadar dan
setia akan wujud dan amanatnya, tugas HKBP adalah mengembangkan kerajaan Allah
melalui kegiatan persekutuan, kesaksian dan pelayanan(Bab VIII Pasal 9 AP
2002,h.104) dan juga apakah dan bagaiamankah Gereja diberi kesempatan
untuk hidup di dunia ini menurut wujud dan amanatnya sejarahnya dari dulu
sampai sekarang. Mengembalikan dan mengembangkan jati diri HKBP dengan mengingat
bahwa HKBP adalah gereja yang senantiasa melakukan PELAYANAN HOLISTIK. Dengan
mempelajari sejarah HKBP akan mendorong kita semakin mencari kehendak
Tuhan dengan menata dan merancang strategi pelayanan paska Yubileum 150
tahun HKBP.
SELAMAT TAHUN LITBANG HKBP 2012!
HKBP Kebayoran Baru 28 Oktober 2011
Pdt.Luhut P. Hutajulu MTh.D.Min.
--------------------------------------------------
[1] HKBP,
Aturan dohot Peraturan HKBP 2002 @ Petunjuk Pelaksanaan, Pearaja Tarutung: HKBP, 2002, h.148
[5] Untuk
memahami masalah ini, baca Jan S. Aritonang,Sejarah Perjumpaan Kristen
dan Islam di Indonesia, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia,2004), h.605-621
[6] Eka
Darmaputra,”Ekonomi dan Ekologi, Perspektif Seorang Kristen Indonesia di dalam
buku, J.B. Banawiratma SJ, dkk.(ed) Iman Ekonomi & Ekologi, (Yogyakarta: Kanisius,1996) h.120.
[7] John
Mansford Prior, Meneliti Jemaat,
Pedoman Riset Partisipatoris, (Jakarta: Grasindo,1997),
h.xiv.
[8] Wlliam
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari,
Galatia-Efesus, (Jakarta:BPK
Gunung Mulia,1983) h.246-247.
St.JEB
0 komentar:
Posting Komentar