Gempa Aceh Miliki Tiga Faktor Berpotensi Tsunami
Gempa yang terjadi di Daerah Aceh pada hari Rabu, 11 April 2012, dengan kekuatan 8,5 Skala Richter, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memenuhi tiga faktor dari empat faktor yang menjadikan gempa tersebut berpotensi tsunami. Menyangkut lambatnya atau tidak berbunyi alarm tanda tsunami dikatakan akibat faktor teknis semata, bukan karena rusaknya sistem peringatan dini yang ada.
Menurut Kepala BMKG, Sri Woro A Harijono, ada 3 (tiga) faktor sebuah gempa berpotensi tsunami ialah :
- Gempa di atas 7,0 SR,
- Kedalamannya kurang dari 100 km,
- Gempa terjadi di laut.
- Jenis patahan penyebab gempa.
Pada saat gempa Aceh, tiga faktor kuat untuk menyatakan bahwa gempa tersebut berpotensi tsunami yakni, gempa tersebut terjadi di laut Simeulue, dengan kedalaman 10 km dan guncangan 8,5 SR.
Sementara pakar kegempaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan bahwa pusat gempa berjarak sekitar 500 km dari Sumatera. Lokasinya di luar zona pertemuan lempeng atau subduksi, dan berada disisi barat zona subduksi yang artinya menjauhi Pulau Sumatera, maka dengan jarak episentrum 500 km, kalaupun memang terjadi tsunami, maka tsunami akan tiba dalam waktu kurang dari 1 jam.
Sementara pakar kegempaan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan bahwa pusat gempa berjarak sekitar 500 km dari Sumatera. Lokasinya di luar zona pertemuan lempeng atau subduksi, dan berada disisi barat zona subduksi yang artinya menjauhi Pulau Sumatera, maka dengan jarak episentrum 500 km, kalaupun memang terjadi tsunami, maka tsunami akan tiba dalam waktu kurang dari 1 jam.
Berdasarkan fakta tersebut diatas maka seharusnya saat gempa tanggal 11 April 2012, alarm harus sudah berbunyi. Tetapi yang terjadi pada saat gempa Aceh, alarm tidak berbunyi dikarenakan alat pendeteksi tsunami "Tsunami Early Warning System (TEWS)" tersebut tidak dibunyikan karena sistem pembunyiannya secara manual. Disaat kejadian ternyata petugas yang seharusnya membunyikannya ikut panik saat gempa terjadi. Kemudian alat TEWS tersebut dibunyikan adalah pada saat gempa kedua.
Untuk mengantisipasi gempa berpotensi tsunami maka di Banda Aceh telah dipasang enam set alat TEWS, namun saat gempa lalu hanya dua saja yang dapat berbunyi yakni:
- TEWS di Desa Kajhu Aceh Besar, dan
- TEWS yang terletak di halaman Kantor Gubernur Aceh.
St.JEB.//Diambil dari beberapa sumber.
0 komentar:
Posting Komentar