WCC – Busan. Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD atau WCC) dibuka pada Rabu (30/10) di Busan, Republik Korea Selatan dengan tema “Allah kehidupan, pimpin kami pada keadilan dan perdamaian.”
Doa bersama pada kebaktian pembukaan hari pertama Sidang Raya memberi rasa hormat kepada beragam tradisi kepercayaan di seluruh dunia. Kumpulan doa bersama ini menyuarakan litani ratapan, jeritan, dan harapan yang sangat mengharukan dari gereja-gereja di Afrika, Asia, Karibia, Eropa, Amerika Latin, Amerika Utara, dan kawasan Pasifik.
Sidang pleno pertama dari Sidang Raya ini menyambut hangat para delegasi dan partisipan yang datang ke Busan. Walikota Busan, Hur Nam Sik, Ketua Umum Panitia SR DGD, Pdt. Dr Kim Sam Whan, dan Sekretaris Jenderal DGD, Pdt. Dr Olav Fykse Tveit menyambut hangat seluruh partisipan dan peserta Sidang.
Tveit menyampaikan terimakasih kepada gereja-gereja Korea, kota Busan, dan pemerintah yang bermurah hati dan ramah menyambut kami. Tveit mengatakan bahwa para peserta Sidang Raya ini berjumlah sekitar 3.000 partisipan yang mewakili 345 gereja-gereja anggota DGD. Ini semua sudah termasuk kaum muda, para anggota staf DGD, para pandu, para staf terpilih, para penerjemah, dan lebih dari 1,000 anggota jemaat gereja-gereja Korea serta para tamu yang datang. Semua partisipan mewakili lebih dari 100 negara.
Tveit juga menyambut tiga gereja yang diterima masuk menjadi anggota DGD pada SR ke-9 di Porto Alegre, Brasil, 2006 lalu. Ketiga gereja tersebut adalah Gereja Presbiterian Independen Brasil, yang bergabung pada 2008; Gereja Evangelikal Lao, 2008; dan Gereja Lutheran Evangelikal di Yordania dan Tanah Suci, 2013.
Ketua Umum DGD Pdt. Dr. Walter Altmann, secara resmi menyatakan Sidang Raya ke-10 DGD dibuka.
Hal yang Diharapkan dari Sidang Raya.
Para acara pembukaan, empat orang pemuda diundang oleh Presiden DGD, Pdt. Dr. Ofelia Ortega Suárez, untuk berbagi pengharapan mereka kepada Sidang Raya DGD. Mereka adalah Sonia Tzvozanni dari Siprus, Thomas Kang dari Brasil, Thabile Lolo dari Afrika Selatan, dan Takape Baleiwai. Mereka berbagi video singkat yang memperlihatkan konteks kampung halaman mereka dan harapan mereka, di mana terkandung panggilan untuk Sidang Raya DGD membahas persoalan isu kemiskinan dan perubahan iklim. Sidang menerima video tersebut dan membacakan salam tertulis dari the Ecumenical Patriarch Bartholomew I dan Paus Francis dari Gereja Katolik Roma.
Dalam sesi pertama tersebut, Sidang menerima laporan aksi dan diskusi dari Moderator Komite Pusat (Ketua Umum) dan Sekjen DGD yang menggambarkan perjalanan ke Busan sejak Sidang Raya ke-9 di Porto Alegre, Brasil, 2006.
Sidang Raya ke-10 ini akan berlangsung hingga 8 November, dengan pleno-pleno tematik tentang Asia, misi, kesatuan, keadilan, dan perdamaian. Pada Sidang Raya ini juga ada pameran dan ruang perjumpaan pada pameran tersebut dari Korea dan sekitarnya, buku acara-acara kegiatan dan lebih dari 20 lokakarya dilaksanakan selama hari persidangan yang bertempat di Madang hall, BEXCO Center, Busan. Madangadalah sebuah kata Korea yang berarti halaman pada sebuah rumah, desa, atau istana tradisional Korea.
Sidang Raya adalah badan tertinggi DGD dan menghimpun persekutuan gereja-gereja secara bersama-sama dalam doa dan selebrasi. Sidang Raya mempunyai mandat meninjau kinerja DGD, dan menentukan kebijakan secara keseluruhan pada isu-isu pernyataan publik dan memilih para anggota baru dari Komite Pusat DGD. Ephorus HKBP Pdt. W.T.P. Simarmata, MA dan Kepala Departemen Koinonia HKBP Pdt. Welman P. Tampubolon turut juga hadir pada Sidang Raya ke-10 WCC ini.
Oleh:
Ayana McCalman, pengacara dan misionaris untuk Dewan Misi Dunia (CWM), serta bekerja untuk United Congregational Church of Southern Africa sebagai staf advokasi komunikasi dan keadilan. WCC Web, PGI Web. Diterjemahkan oleh: Boy Tonggor Siahaan (Staf Biro Litkom PGI). -Biro Informasi HKBP-
0 komentar:
Posting Komentar