Lembang, Jawa Barat.
Dalam upaya menjadi berkat tersebut, setidaknya ada tiga pilar yang dikemukakan oleh KRP yang juga adalah Ephorus HKBP ini, yaitu:
Sumber: HKBP Pearaja
HKBP Distrik XXVIII DKI Jakarta menyelenggarakan Rapat Pendeta dan Sinode Distrik di hotel Panorama, Lembang pada 2-6 September 2013. Turut hadir dalam kegiatan ini seluruh pendeta HKBP yang melayani di distrik tersebut. Secara khusus dalam kegiatan Rapat Pendeta, hadir pula Ketua Rapat Pendeta (KRP) HKBP, Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA untuk memberikan sesi yang membahas tema, yaitu: “HKBP Menjadi Berkat bagi Dunia”.
KRP mengungkapkan bahwa visi HKBP menjadi Berkat bagi Dunia sesungguhnya merupakan amanah Sinode Godang HKBP yang diselenggarakan pada tahun 2012 yang lalu. Namun, kehadiran HKBP telah menjadi berkat sejak zaman misionaris melalui berbagai pelayanan yang dilakukannya kepada masyarakat Batak. Dalam hal ini, tugas kita sekarang adalah merevitalisasi apa yang telah dilakukan para pendahulu. Tentu saja upaya revitalisasi tidak lepas dari konteks yang kita hadapi pada saat ini, tegasnya.
Dalam upaya menjadi berkat tersebut, setidaknya ada tiga pilar yang dikemukakan oleh KRP yang juga adalah Ephorus HKBP ini, yaitu:
1. Pembaharuan
Pada pilar pembaharuan, beliau menyoroti secara tajam tentang hakikat pendeta di tengah semakin terpuruknya citra pendeta. Menurutnya, tohonan pendeta merupakan anugerah Tuhan dalam segala kelemahan untuk melayani sebagai gembala. Dalam kenyataan, seringkali kehadiran pendeta lebih sebagai pemimpin daripada gembala. Hal ini terjadi karena dalam Aturan Peraturan (AP) HKBP, fungsi pendeta ditetapkan sebagai pemimpin. Tentu saja, hal ini berdampak pada karakter pendeta. Karena itu, KRP mengajak pendeta untuk melakukan revitalisasi AP HKBP sehingga pendeta lebih mengedepankan fungsi gembala yang mengayomi dan menjadi teladan bagi warga jemaat.
2. Perdamaian
Dalam pilar ini, KRP menyoroti konteks bangsa kita yang pluralis dan krisis ekologi yang semakin mengancam bumi, khususnya konteks pluralis kota Jakarta dan berbagai bencana yang kerap kali melanda Jakarta karena pencemaran lingkungan. Menurutnya, kehadiran gereja harus menjadi perekat di tengah-tengah kemajemukan dan gereja turut menjaga kelestarian lingkungan hidup makanya ada JPIC.
3. Pemberdayaan
Kemiskinan warga masyarakat turut menjadi keprihatinan KRP. Menurutnya, gereja harus melakukan pelayanan kreatif untuk melepaskan warga masyarakat dari cengkraman rentenir yang sungguh menyengsarakan; terlebih lagi lebarnya kesenjangan sosial karena faktor ekonomi di kota Jakarta. Karena itu, kehadiran gereja harus dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Gereja harus turut meningkatkan taraf ekonomi warga.
Pada kesempatan ini, KRP juga mengungkapkan harapannya terhadap distrik ini sebagai lokomotif HKBP karena memiliki potensi yang besar sehingga harus menjadi berkat terhadap distrik-distrik lain di HKBP. Beliau juga mengemukakan bahwa Praeses HKBP Distrik DKI Jakarta, Pdt. Colan W.Z. Pakpahan, M.Th., bersama Praeses HKBP Distrik Bekasi, Deboskab dan Banten menjadi tim untuk membangun patung setengah badan Nommensen dan Raja Pontas Lumbantobing. Bahkan, diharapkan bisa juga menggagas “Nommensen Award” yang akan diberikan kepada orang-orang yang berjasa membangun masyarakat Batak. (Pdt. Mangasa Lumbantobing)
0 komentar:
Posting Komentar